Rabu, 07 Juli 2021

Reumatoid Artritis dalam Cerita

Haloo~

Yuk kita belajar tentang reumatoid artritis. Bayangin aja aku lagi menjelaskan pakai nada bercerita, biar asyik bacanya. Jangan lupa berdoa dulu ya sebelum belajar biar makin nempel di otak hehe

Yuk pasti kita bisa pahamin tentang penyakitnya ^.^

Pernah denger ga penyakit Reumatoid Artritis (RA)?

Perhatikan dulu nih gambarnya yaa..



Nah, jadi RA merupakan penyakit kelainan inflamasi/peradangan kronik, artinya inflamasi yang terjadi berlangsung dalam jangka waktu lama dan terus menerus. Penyakit RA merupakan penyakit autoimun (kelainan imun), karenanya penyakit ini tidak hanya menyerang lansia, namun dapat pula menyerang manusia dewasa/muda. Penyakit autoimun dapat terjadi dikarenakan faktor genetik dan lingkungan. Human Leukocyte Antigen (HLA) berperan dalam RA genetik seperti HLA-DR1 dan HLA-DR4. Sedangkan RA yang diinduksi lingkungan dapat dikarenakan merokok ataupun patogen/bakteri yang berasal dari saluran cerna (Gastro Intestinal Tract/GIT).

Gejala yang dapat terlihat ketika seseorang mengidap RA yaitu terjadinya masalah persedian yang simetris (jika lutut, maka kanan dan kiri akan sakit). Kemudian daerah persendian yang terserang akan terasa panas, kemerahan dan nyeri serta bengkak. Dapat pula terjadi deformitas tulang (bentuknya tidak seperti saat normal), terjadi demam, dan penurunan nafsu makan.

Faktor lingkungan dapat memodifikasi antigen yang kita miliki. Antigen yang berperan disini yaitu IgG antibodi, kolagen tipe II (kolagen yang terdapat di kartilago), dan vimentin. Faktor lingkungan dapat membuat kolagen tipe II dan vimentin  mengalami proses sitrulinasi, sehingga berubah menjadi sitrulin. Sitrulin ini dianggap benda asing oleh tubuh. Sel imun kita (sel dendritik dan leukosit) kebingungan melihat perubahan yang terjadi. Makanya mereka (sel dendritik dan leukosit) membawa  sitrulin yang mereka anggap sebagai antigen ke nodus limfa. Kemudian, di nodus limfa antigen mengaktivasi sel pengekspresi antigen kemudian mengaktivasi sel CD4 T-helper.

Sel T-helper menstimulasi sel B di membran sinovial sehingga sel berproliferasi menjadi sel plasma yang memproduksi autoantibodi. Autoantibodi yang diproduksi yaitu Reumatoid Factor (RF) yang melibatkan IgM dan IgG dan anti CCP (Citrulinated Protein). Keduanya kemudian membentuk kompleks imun dan terjadilah inflamasi kronik. Inflamasi kronis menyebabkan terjadinya angiogenesis atau pembentukan vena baru di sekitar sendi sehingga aliran darah semakin banyak kesana, dan sel yang berperan dalam proses inflamasi semakin banyak menuju ke sekitar sendi. Oleh karena itu, diagnosis penyakit RA berupa pengukuran kadar RF dan anti CCP.

Antibodi tersebut (sel T helper) kemudian masuk ke cairan sinovial (cairan dalam sendi) melalui pembuluh darah dan memproduksi sitokin berupa interferon gamma dan IL-7 di dalam cairan sinovial. Interferron gamma dan IL-7 mengundang makrofag untuk datang ke daerah persendian yang pada akhirnya memproduksi lebih banyak sitokin seperti TNF alfa, IL-1, dan IL-6.

Ketika sinovial bengkak maka akan merusakkan kartilago, otot polos, dan erosi tulang di sekitarnya akibat peran enzim protease di dalamnya.

Sitokin yang diproduksi tidak hanya berdiam diri, dia akan bermigrasi ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Yang terjadi seperi IL-6 dan IL-1 yang menuju ke otak akan berperan sebagai pirogen dan menimbulkan demam. Jika mereka pergi ke otot rangka maka akan terjadi miolisis. Jika mereka pergi ke kulit maka akan membentuk nodul reumatoid (benjolan). Jika mereka menetap di pembuluh darah maka mereka akan meningkatkan resiko ateromatous plak. Jika mereka pergi menuju hati maka akan menurunkan absorbsi Fe di hati. Jika mereka pergi ke paru-paru maka akan membentuk fibroblas yang akan membuat luka pada jaringan sehingga menurunkan kemampuan pertukaran udara di paru yang beresiko menimbulkan efusi pleura (rongga pleura terisi cairan).

Lalu, pilihan obat yang dapat digunakan untuk RA yaitu:

1. Longterm Disease Modifying Antirheumatic Medications (DMARDs)

Contoh obatnya antara lain: metotreksat (MTX), hidroksiklorokuin, sulfasalazin dengan mekanisme menekan terjadinya inflamasi (supresi inflamasi)

2. Biologic Response Modifier

Contoh obatnya antara lain: 

Abatacept (supresi sel B)

Rituximab (supres sel T)

Adalimumab, Etanercept, Infliximab (TNF alfa blocker)

Anakinra (memblok IL-1)

Tocilizumab (memblok IL-6)

3. Kombinasi DMARDs 

Jika pengobatan tunggal tidak memberikan respon yang cukup maka dapat diberikan kombinasi dua DMARD. 

4. Pengobatan Akut

Ketika terjadi serangan akut RA maka dapat diberikan obat golongan NSAID untuk mengobati nyerinya. Dapat pula ditambahkan terapi glukokortikoid (penggunaan dalam jangka pendek)

Yang membedakan RA dengan OA yaitu lama serangan RA lebih panjang serta sendi yang terserang akan terasa hangat, namun tetap dalam diagnosis dan pengobatan harus berkonsultasi dengan Apoteker dan Dokter untuk mendapatkan terapi dan diagnosis yang tepat karena penggunaan obat-obatan yang disebutkan perlu bantuan Apoteker lho.. 

Jangan sungkan-sungkan tanya Apotekernya ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar