Senin, 31 Mei 2021

Cara mengimbangi skill Asisten Apoteker (AA) dengan pengalaman kerja bertahun-tahun untuk Fresh Graduate sarjana Farmasi (S1)

Sebelum membaca, saya akan membuat beberapa disclaimer:
  1. Saya menulis berdasarkan pengalaman yang saya alami secara langsung 
  2. Saya banyak mengungkapkan pendapat/pandangan pribadi saya di tulisan ini
  3. Saya tidak bermaksud mendiskreditkan pihak manapun dalam tulisan ini
  4. Sedapat mungkin saya menggunakan bahasa yang sederhana dalam menulis sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan bias.
  5. Tujuan saya menulis artikel ini untuk berbagi pengalaman dan memberikan wadah bagi yang memiliki pengalaman yang sama untuk sharing di kolom komentar

Inilah awal mulanya...
    Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana farmasi, saya memilih untuk terlebih dahulu berkarir. Gelar sarjana di bidang kefarmasian tidak menjamin untuk memiliki karir yang 'memadai' di bidang ini. Nyatanya, ijazah S1 yang dikantongi hanya mengantarkan saya pada posisi asisten apoteker (AA) yang dapat pula diduduki oleh seorang ahli madya (D3) sekolah kefarmasian atau bahkan lulusan sekolah menengah farmasi (SMF) di tahun saya mendapatkan pekerjaan, 2020. Secara kasar, kesempatan kerja yang didapat 'hampir' sama dengan lulusan sekolah menengah atas (SMA), bahkan lebih mengejutkan lagi, pada prakteknya banyak pihak yang mengunggulkan lulusan SMF/D3 karena mereka dinilai lebih cakap karena mengantongi pengalaman kerja yang lebih dibandingkan lulusan S1 fresh graduate.
    Saya tidak memungkiri kenyataan tersebut, latar belakang S1 yang belum pernah bekerja tentu saja memiliki pengalaman kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga kerja lulusan sekolah menengah/D3 yang sudah memiliki pengalaman kerja dan 'jam terbang' yang lebih tinggi. Saya juga tidak akan memungkiri bahwa istilah "bisa karena biasa" memang benar adanya. 
    Dalam dunia kerja, sebagai seorang AA memiliki pengalaman praktis sangat penting. Kemampuan  menghafal nama dan kegunaan obat-obatan yang beredar, hafal kandungan obat, bentuk dan dosis sediaan obat di pasaran. Semua itu merupakan kemampuan yang relevan, acceptable (dapat diterima) dan sangat dibutuhkan oleh pemilik sarana apotek (PSA)/pemberi kerja. Namun kemampuan tersebut tidak didapatkan secara mudah dan cuma-cuma. Untuk mendapatkannya dibutuhkan waktu, usaha, serta pengalaman yang memadai dalam dunia pelayanan. Dengan latar belakang saya sebagai lulusan yang minim pengalaman bahkan nol pengalaman di dunia kerja pada saat itu, saya mencoba untuk mengimbangi gap (kesenjangan) tersebut. 
    Berikut usaha atau dapat dibilang tips yang telah saya lakukan untuk mengimbangi gap tersebut:

  • Berendah hatilah
    Sebelum memulai segalanya, saya sedapat mungkin 'mengosongkan gelas'. Artinya pada tahap awal memulai karir saya tidak serta merta membawa seluruh kemampuan yang mungkin telah saya dapatkan selama masa perkuliahan. Hal ini saya lakukan karena sepenuhnya saya menyadari bahwa dunia kerja tidak sama dengan dunia perkuliahan. Saya sangat mempercayai prinsip 'hargailah orang lain sebagaimana kamu ingin dihargai'. Dengan demikian, selain memulai semuanya dari nol, saya membuang jauh-jauh perbedaan pendidikan, perbedaan posisi/jabatan kerja, status ekonomi atau hal-hal lainnya yang mungkin saja menjadi faktor yang dapat memicu kita untuk mengelompokkan rekan kerja. Terlepas dari hal lain seperti kita harus memahami posisi pekerjaan yang kita emban dan tanggung jawab pekerjaan yang kita miliki, semua pegawai termasuk OB, Satpam, hingga pimpinan tertinggi saya jadikan sebagai 'sumber pembelajaran'.

  • Bangun Positive Mindset
    Saya telah memiliki orang-orang disekitar yang akan saya jadikan sebagai sumber pembelajaran. Saya juga telah 'mengosongkan gelas' yang saya miliki untuk siap diisi dengan ilmu pengetahuan praktis maupun teoritis lainnya di dunia kerja. Untuk dapat mencapai tujuan yang kita inginkan (mengimbangi skill mereka dengan pengalaman kerja tahunan), saya mencoba membangun pikiran positif. Pemikiran positif sama sekali tidak didapatkan secara spontan, seringnya pemikiran negatif macam-macam yang menampakkan diri terlebih dahulu, oleh karenanya dibutuhkan usaha untuk membangun kebiasaan berpikir positif entah pada jobdesc yang kita terima atau pada rekan kerja.
'Oke, mereka adalah senior saya dalam pekerjaan baru ini', 'Oke, tugas yang diberikan kepada saya dapat saya jadikan sebagai media saya untuk belajar dan mengembangkan skill', demikianlah yang selalu saya tanamkan dalam hati dan pikiran ketika menemukan sesuatu diluar ekspektasi  dan mungkin mengecewakan. Meskipun saya pribadi paling menentang 'senioritas' namun senioritas ternyata tidak selalu memiliki arti yang buruk jika didefinisikan dengan perspektif yang berbeda. Selalu ada hikmah dibalik sesuatu, yakinilah hal tersebut.
  • Pahami Lingkungan Kerja
    Setiap tempat pekerjaan memiliki lingkungan kerja yang berbeda-beda, mekipun bergerak di bidang yang sama. Lingkungan kerja sangat tergantung dari sistem perusahaan bersangkutan dan juga individu yang ada di dalamnya, oleh karena itu pemahaman lingkungan kerja sangat dibutuhkan untuk membangun kondisi yang akan membuat kita 'nyaman' untuk menyerap hal baru. Kita juga dapat mendesain cara kita mempelajari skill yang dibutuhkan seefektif mungkin didasari pemahaman memadai tentang kondisi lingkungan kerja.
  • Setiap saat adalah 'BELAJAR'
    Setelah kita cukup memahami lingkungan kerja tempat kita berpijak, memiliki positive mindset tentang segala hal di lingkungan kerja, 'mengosongkan gelas' yang kita miliki maka saya menyimpulkan kita telah siap untuk mempelajari skill yang kita ingin pelajari di dunia kerja. Seringkali pekerjaan sebagai AA (Asisten Apoteker) merangkap sebagai kasir dan hal ini kerap membuat kewalahan karena selain melayani pembelian kita juga dituntut untuk menjadi seorang kasir dimana pekerjaannya membutuhkan ketelitan (berhubungan dengan keuangan). 
    Hal ini mungkin tidak akan menjadi masalah besar untuk gerai Apotek yang tidak memiliki banyak pelanggan. Namun apa jadinya untuk gerai Apotek yang juga melayani pembelian diluar obat-obatan seperti kosmetik dan makanan serta terletak di pusat perbelanjaan yang sangat ramai pengunjung setiap harinya? Hal itu menjadi semakin parah ketika staff/pegawai gerai/toko tersebut ternyata sangat terbatas jumlahnya. Maka, jadikanlah setiap momen adalah 'belajar' supaya kita tidak merasa kehilangan arah dalam berkarir. Belajar bersabar, belajar menghargai waktu, belajar memanage waktu, belajar melayani dengan sepenuh hati, belajar mengahargai perbedaan, belajar memecahkan masalah, belajar bertanggung jawab (jika kita membuat kesalahan dengan tugas yang demikian banyaknya). 
    Kemudian pada kesempatan yang memungkinkan, minta izinlah kepada rekan kerja yang lain untuk berkeliling gerai, membaca-baca nama obat, dan menghafal tata letak penyimpanan, kita juga dapat mengambil brosur obat untuk dipelajari. Selain itu, ternyata merapikan stok obat, terlibat aktif saat Stock Opname (SO) juga semakin mengasah kita dan membantu membiasakan diri dengan obat-obatan.
  • Belajar Dari Manapun
    Sudah cukup jelas, 'belajar dari manapun'. Terbukalah untuk semua sumber pembelajaran. sebelum memulai itu semua kamu dapat mengatakan 'Baik, aku siap untuk ini'. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, kita dapat mengambil brosur obat yang ada di Apotek untuk dibaca di waktu senggang. Selain itu cari tahu sumber daya yang disediakan oleh tempat kerja. Jika ternyata perusahaan tempat kamu bekerja menyediakan katalog obat, maka kamu dapat membacanya. Literatur-literatur yang disediakan seperti MIMS juga dapat jadi buku bacaan kamu sementara ini untuk membiasakan melihat format bukunya, karena pengalaman saya. Saat kuliah S1 farmasi pun tidak menjamin bahwa lulusannya telah terbiasa membaca literatur kefarmasian atau obat-obatan seperti MIMS dan lain sebagainya. Gunakanlah waktumu untuk mendalaminya lagi, karena 'Ya, inilah waktunya!'.
    Tidak terbatas pada literatur atau katalog, seniormu di tempat kerja juga dapat menjadi sumber pembelajaran. BERTANYALAH ketika kamu tidak yakin atau tidak mengetahui akan sesuatu. Hal itu tidak memalukan sama sekali. Jika kamu merasa itu momen yang 'menakutkan', maka hiburlah diri sendiri 'Tidak apa, kamu sedang belajar, mungkin ini harga yang dapat kamu bayar untuk sebuah ilmu, jadi terima dan bersabarlah'. Sebagai 'orang baru' saya pikir lebih banyak memaklumi akan sangat menguntungkan untukmu dibanding berlaku sebaliknya.

    'Everything takes time, everything has its own time', jadi bersabarlah. Jangan lupa minta bantuan Allah agar kamu selalu dibimbing di setiap prosesnya, restu orang tua sangat penting untuk mengembangkan baik skill atau pun karir mu.
Selamat datang di hutan rimba! Semoga kamu bertahan sampai akhir dan menjadi kuat ya!







Rabu, 19 Mei 2021

Metode Perencanaan Pengadaan Obat, Alat Kesehatan (Alkes), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Apotek

 Dalam mengelola sebuah Apotek, diperlukan sebuah perencanaan yang matang terutama untuk pengadaan stok obat-obatan, alat kesehatan (alkes), bahan medis habis pakai (BMHP) yang bertujuan untuk:

  1.  Memperkirakan jenis dan jumlah persediaan agar sesuai kebutuhan
  2.  Menjamin ketersediaan obat, alkes, dan BMHP
  3.  Menghindari kehabisan stok atau kelebihan stok (over stock)  
  4.  Efisiensi biaya (cost efficiency)
  5.  Sebagai data acuan untuk perencanaan selanjutnya

Syarat Membuat Surat Izin Apotek (SIA) Terbaru berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 9 Tahun 2017 tentang APOTEK

 Kirimkan persyaratan ke Pemerintah Daerah (pemda) Kabupaten/Kota tempat akan didirikannya Apotek.

Berikut dokumen yang harus dikirimkan:

1. Form 1 (Terlampir dalam PMK No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek

2. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dengan menunjukkan STRA asli

3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

4. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Apoteker yang akan memegang SIA

5. Daftar yang memuat sarana, prasarana, dan peralatan yang digunakan di Apotek